Disebut mainan edukatif karena dapat merangsang daya pikir anak.
Termasuk di antaranya meningkatkan kemampuan berkonsentrasi dan
memecahkan masalah. Tapi ngomong-ngomong, bagaimana membedakan mainan
jenis ini dari mainan lainnya? Simaklah jawaban-jawaban tentangmainan
edukatif yang disampaikan Dra. Mayke S. Tedjasaputra, M.Si., psikolog
perkembangan dari Fakultas Psikologi UI, yang juga terapis bermain.
APA YANG MASUK KATEGORI MAINAN EDUKATIF?
Diperuntukkan bagi anak balita
Yakni mainan yang memang sengaja dibuat untuk merangsang berbagai kemampuan dasar pada balita.
Multifungsi
Dari satu mainan bisa didapat berbagai variasi mainan sehingga stimulasi yang didapat anak juga lebih beragam.
Melatih problem solving
Dalam memainkannya anak diminta untuk melakukan problem solving. Dalam
permainan pasel misalnya, anak diminta untuk menyusun
potongan-potongannya menjadi utuh.
Melatih konsep-konsep dasar
Lewat permainan ini, anak dilatih untuk mengembangkan kemampuan dasarnya
seperti mengenal bentuk, warna, besaran, juga melatih motorik halus.
Melatih ketelitian dan ketekunan
Dengan mainan edukatif, anak tak hanya sekadar menikmati tetapi juga dituntut untuk teliti dan tekun ketika mengerjakannya.
Merangsang kreativitas
Permainan ini mengajak anak untuk selalu kreatif lewat berbagai variasi
mainan yang dilakukan. Bila sejak kecil anak terbiasa untuk menghasilkan
karya, lewat permainan rancang bangun misalnya, kelak dia akan lebih
berinovasi untuk menciptakan suatu karya, tidak hanya mengekor saja.
APA SAJA MANFAATNYA?
Melatih kemampuan motorik
Stimulasi untuk motorik halus diperoleh saat anak menjumput mainannya,
meraba, memegang dengan kelima jarinya, dan sebagainya. Sedangkan
rangsangan motorik kasar didapat anak saat menggerak-gerakkan mainannya,
melempar, mengangkat, dan sebagainya.
Melatih konsentrasi
Mainan edukatif dirancang untuk menggali kemampuan anak, termasuk
kemampuannya dalam berkonsentrasi. Saat menyusun pasel, katakanlah, anak
dituntut untuk fokus pada gambar atau bentuk yang ada di depannya — ia
tidak berlari-larian atau melakukan aktivitas fisik lain sehingga
konsentrasinya bisa lebih tergali. Tanpa konsentrasi, bisa jadi hasilnya
tidak memuaskan.
Mengenalkan konsep sebab akibat
Contohnya, dengan memasukkan benda kecil ke dalam benda yang besar anak
akan memahami bahwa benda yang lebih kecil bisa dimuat dalam benda yang
lebih besar. Sedangkan benda yang lebih besar tidak bisa masuk ke dalam
benda yang lebih kecil. Ini adalah pemahaman konsep sebab akibat yang
sangat mendasar.
Melatih bahasa dan wawasan
Permainan edukatif sangat baik bila dibarengi dengan penuturan cerita.
Hal ini akan memberikan manfaat tambahan buat anak, yakni meningkatkan
kemampuan berbahasa juga keluasan wawasannya.
Mengenalkan warna dan bentuk
Dari mainan edukatif, anak dapat mengenal ragam/variasi bentuk dan
warna. Ada benda berbentuk kotak, segiempat, bulat dengan berbagai
warna; biru, merah, hijau, dan lainnya.
KAPAN ANAK DIAJAK MELAKUKAN PERMAINAN EDUKATIF?
Meski memiliki manfaat melimpah, bukan berarti anak bisa dijejali
dengan mainan edukatif terus-menerus. Mainan edukatif hanya salah satu
faktor pendukung perkembangan otak anak agar lebih maksimal. Jadi tak
perlu memaksa atau memorsir anak untuk melakukan permainan edukatif
setiap saat.
Selain mainan edukatif, anak juga perlu dikenalkan dengan mainan pada
umumnya, seperti boneka, mobil-mobilan, dan mainan-mainan yang tidak
untuk dibongkar pasang lainnya. Walau tidak termasuk mainan edukatif,
tapi mainanmainan seperti itu tetap dapat menyumbangkan manfaat edukasi
pada si kecil. Dengan konsep multiple intelligence edukasi bisa mencakup
berbagai hal. Tidak selalu mengarah pada konsep-konsep dasar.
Misalnya begini, saat si kecil asyik bermain boneka, sebenarnya ia
dilatih untuk melakukan interaksi dengan orang lain melalui boneka
tersebut. Bagaimana dia harus “memperlakukan” si boneka dengan kasih
sayang; disuapi, ditimang, disusui, dan tidak dibanting atau
dinjak-injak. Motorik halus dan kasar si kecil juga tetap dapat
terstimulasi secara tak langsung saat ia memakaikan baju pada bonekanya.
Anak juga dapat mengenal warna serta peran sosial sebagai ibu, kakak,
dan sebagainya.
KAPAN MAINAN EDUKATIF MULAI DIKENALKAN?
Tentu sedini mungkin. Sejak usia batita, sodori anak dengan berbagai
jenis permainan baik dengan mainan edukatif ataupun bukan. Sekadar
mengingatkan saja, perkembangan otak anak di usia ini masuk dalam fase
emas (the golden age) atau otak si kecil sedang mengalami perkembangan
yang sangat pesat. Karena itulah, stimulasi amat diperlukan. Semakin
banyak stimulasi maka koneksi antarsarafnya semakin banyak terhubung.
Anak yang sudah akrab dengan mainan edukatif sejak dini, perkembangan
kecerdasannya akan terlihat lebih maksimal. Ia lebih mampu
berkonsentrasi, kreatif, serta tekun. Sementara yang tidak, biasanya
akan lebih tertinggal dalam masalah intelektual. Anak-anak yang tidak
diperkenalkan dengan mainan edukatif akan lebih sulit untuk belajar
mengenai bentuk dan warna.
Mereka juga tidak terbiasa untuk duduk tenang serta tekun. Hal ini
dapat membuat anak menjadi sulit diarahkan untuk berkonsentrasi
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan nantinya. “Banyak kasus yang
saya tangani, anakanak yang sering bermain fisik dan terlalu sering
menonton teve, di usia sekolahnya kurang bisa berkonsentrasi, kurang
telaten, tidak tekun, dan mudah menyerah, karena mereka tidak terbiasa
untuk duduk tenang dan tekun.”
BAGAIMANA MENGOPTIMALKAN MANFAATNYA?
Sebelum menyodorkan satu mainan edukatif pada si kecil, contohkan
dahulu bagaimana cara memainkannya. Asal tahu saja, mainan edukatif
berbeda dari mainan pada umumnya yang lebih mudah dipahami anak.
Mobil-mobilan, contohnya, hanya tinggal digeser-geser, didorong atau
ditarik, mungkin si kecil sudah bisa asyik memainkannya. Namun, pada
mainan edukatif dibutuhkan cara tertentu untuk bisa mendapatkan
asyiknya. Pasel misalnya harus disusun dan disesuaikan keping-kepingnya.
Untuk itulah perlu ada arahan dari orang dewasa. Demikian pula dengan
permainan palu yang kelihatannya simpel bagi orang dewasa tapi belum
tentu bagi si kecil. Perlu penjelasan lebih dulu mengenai cara memalu
untuk memasang “paku” dan mencopotnya kembali.
Beberapa anak mungkin saja dapat bermain tanpa perlu pengarahan
terlebih dulu. Tapi jangan lupa, kemampuan setiap anak berbeda-beda. Ada
yang cepat memahami kesalahannya dan cepat menganalisa, tetapi ada juga
yang biasa-bisa saja, bahkan lambat. Bila si kecil termasuk lambat dan
tidak mendapat pengarahan, maka bisa-bisa mainan edukatif tersebut hanya
akan dibuangnya karena dianggap tidak menarik.
Satu hal penting, saat mengarahkan anak, jangan mengharuskan ia
melakukan persis sama seperti yang sudah kita contohkan. Berikan
kebebasan padanya untuk melakukan sesuai dengan keinginannya. Contoh,
saat kita membangun rumah-rumahan dari mainan balok, biarkan ia membuat
mobil-mobilan dari mainan yang sama.
CONTOH PERMAINAN UNTUK ANAK 1 TAHUN:
Permainan memasukkan benda ke dalam wadah atau menumpuk benda
(seperti gelas plastik air mineral), sangat cocok bagi anak satu
tahunan.
Setelah itu si kecil bisa ditawari mainan single puzzle, yaitu mainan
yang pada penutupnya diberi lubang-lubang berbentuk geometris, seperti
segitiga, segiempat dan lingkaran. Lalu si kecil diminta memasukkan
benda-benda yang sesuai pada lubangnya. Namun, kita belum bisa
menuntutnya untuk memasukkan setiap bentuk sampai selesai, melainkan
harus satu per satu. Berikan ia bentuk segitiga dulu lalu arahkan
tangannya untuk memasukkan ke lubang yang berbentuk sama dengan arah
yang tepat, misalnya.
Ajak si kecil untuk melakukan tuang-menuang air dari wadah yang lebih
kecil ke wadah yang lebih besar. Dengan begitu anak tahu bahwa air dari
wadah yang lebih kecil bisa tertampung dalam wadah yang lebih besar.
Permainan serupa dengan menunjukkan bahwa benda yang lebih kecil bisa
masuk ke dalam wadah yang lebih besar juga bisa dilakukan.
CONTOH PERMAINAN UNTUK ANAK 2 TAHUN:
Pasel berbentuk rumah-rumahan, buah atau binatang dengan 2-3 pecahan.
Untuk menyusun pasel tersebut tentu dibutuhkan keterampilan sehingga
anak akan dirangsang untuk mengembangkan kemampuannya.
CONTOH PERMAINAN UNTUK ANAK 2,5-3 TAHUN:
Bila sebelumnya pasel yang diberikan hanya terdiri atas beberapa
keping saja, kini tingkatkan dengan pasel yang memiliki lebih banyak
keping.
Permainan rancang bangun juga sudah bisa diberikan untuk merangsang
koordinasi motoriknya. Anak sudah bisa membuat susunan bangunan ke atas
sambil mengimajinasikan bentuk apa yang sedang dibuatnya meskipun masih
belum terbentuk jelas. Ketika anak mampu bermain rancang bangun, pujilah
apa yang sudah dihasilkannya. Meskipun bentuknya hanya berupa susunan
balok yang tidak beraturan, kita tetap harus memberikan apresiasi agar
anak merasa dihargai. Hindari sikap mencemooh yang akan memerosotkan
motivasinya dalam berkreasi.
APA YANG PERLU DIPERHATIKAN SAAT MEMBELI?
Membeli mainan edukatif memang perlu selektif. Kita harus
menyesuaikan dengan usia anak dan kemampuan yang dimilikinya. Berikut
panduannya:
MAINAN ANAK 1 TAHUN:
Di usia batita awal anak belum memiliki kemampuan motorik yang baik.
Jadi kemampuan dasar inilah yang perlu dilatih. Namun permainan untuknya
haruslah sederhana dan tidak terlalu menyita waktu. Selalu dampingi si
kecil saat bermain.
MAINAN ANAK 2 TAHUN:
Derajat kesulitan mainan edukatif untuk anak usia dua tahun sudah
harus lebih tinggi ketimbang anak satu tahun. Bila sebelumnya yang
diberikan adalah single puzzle, maka di usia ini anak bisa diajak
bermain pasel dengan bentuk yang lebih kompleks.
MAINAN ANAK 2,5 3 TAHUN:
Permainan edukatif yang kita berikan harus lebih tinggi lagi tingkat
kerumitannya. Di usia ini anak perlu belajar mengorganisasi
bagian-bagian yang terpisah menjadi satu kembali, anak juga dituntut
untuk mulai belajar tekun menggunakan berbagai kemampuannya untuk
menyelesaikan masalah.
APAKAH HARGA MAINAN EDUKATIF PASTI TERJANGKAU?
Tentu saja. Mainan edukatif tak mesti didapat dengan harga selangit.
Kita bisa memanfaatkan benda-benda yang ada di sekeliling rumah sebagai
sarana permainan edukatif. Misalnya, gelas plastik bisa digunakan si
kecil untuk ditumpuk-tumpuk. Ini merupakan permainan yang mengasyikkan
baginya. Gelasgelas plastik tersebut juga bisa dimasukkan ke dalam wadah
yang lebih besar, seperti dus bekas. Aktivitas mandi juga bisa
dimanfaatkan sebagai permainan edukatif. Biarkan si kecil memasukkan air
ke dalam ember dengan menggunakan ciduk. Semua itu akan melatih
berbagai kemampuan dasar anak.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar